Contohnaskah khutbah Jumat ini bisa dijadikan referensi bagi khatib yang akan menyampaikan khutbah di Hari Jumat. Dikutip laman Pondok Pesantren Lirboyo, berikut naskah khutbah Jumat tentang Renungan Bulan Kemerdekaan. Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Menyentuh Hati Jelang 17 Agustus 2022, Hakikat Kemerdekaan bagi Bangsa KhutbahJum'at tentang hakikat kenapa keluarga Ibrahim disebut dalam shalat bersanding dengan disalawat kan nya nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Pujian dan rasa syukur semoga senantiasa mengiringi perjalanan hidup kita, Karena salah satu sumber kebahagiaan adalah memperbanyak kesyukuran kepada Allah SWT. BacaJuga: Khutbah Jumat Spesial Agustus 2022 HUT Kemerdekaan Indonesia ke 77 tentang Catatan Penting Pemimpin Negeri. Berikut khutbah Jumat singkat tentang pentingnya menghargai waktu yang disampaikan Safwannur dilansir Suara Muhammadiyah. إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ KhutbahJumat: Bekal Hidup Setelah Mati. Itulah hakikat syukur yang sempurna. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, juga kepada keluarga, para shahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau. "Katakanlah, 'Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang . Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ سورة المجادلة ١١ ـ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan. Hadirin rahimakumullah, Allah subhanahu wa ta’ala memuji para ulama dalam firman-Nya يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ سورة المجادلة ١١ ـ Maknanya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” QS al Mujadilah 11 Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ سورة ءال عمران ١٨ ـ Maknanya “Allâh menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu, tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang Mahakuat lagi Maha Bijaksana” QS Ali Imran 18. Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan namanya, lalu malaikat dan para ulama. Hal ini menunjukkan betapa tingginya keutamaan, kemuliaan dan keluhuran para ulama. Dalam ayat yang lain, Allah menegaskan bahwa sungguh tidak sama antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Allah ta’ala berfirman قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ سورة الزمر ٩ ـ Maknanya “Katakanlah Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” QS az-Zumar 9. Bagaimana mungkin sama antara ulama dan orang awam, antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu, sedangkan Allah ta’ala menyatakan bahwa orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya adalah yang paling takut dan bertakwa kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ سورة الحجرات ١٣ ـ Maknanya “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian menurut Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang tampak dan tersembunyi dari keadaan hamba” QS al Hujurat 13. Bagaimana mungkin sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, sedangkan Rasululluh shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ رواه البخاري ـ Maknanya “Para ulama adalah pewaris para Nabi” HR al-Bukhari. Dan yang diwariskan oleh para nabi kepada para ulama bukanlah harta benda akan tetapi sesuatu yang lebih berharga dibandingkan harta benda, yaitu ilmu agama. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengenai keutamaan orang yang berilmu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِيْ عَلَى أَدْنَاكُمْ رواه الترمذي ـ Maknanya “Keutamaan orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya atas ahli ibadah yang mengetahui sahnya ibadah adalah seperti perbandingan keutamaanku atas orang yang paling rendah derajatnya di antara kalian” HR at-Tirmidzi. Keutamaan ini disebabkan tidak lain karena manfaat orang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya itu meluas ke berbagai lapisan masyarakat, tidak terbatas pada dirinya sendiri. Berbeda dengan orang yang ahli ibadah yang manfaatnya hanya terbatas pada dirinya sendiri. Hadirin rahimakumullah, Cukup sebagai bukti atas keutamaan ilmu bahwa orang yang tidak berilmu sekalipun, jika dikatakan berilmu, maka ia tidak akan menolak dan pasti merasa senang. Sebaliknya jika orang yang tidak berilmu dikatakan bodoh, pasti ia akan menolak dan tidak mau dikatakan bodoh. Oleh karena itulah, Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita agar menuntut ilmu agama dan mengabarkan kepada kita betapa besar pahala yang diperoleh oleh orang yang menuntut ilmu agama. Beliau bersabda يَا أَبَا ذَرٍّ، لَأَنْ تَغْدُوَ فَتَتَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ حَدِيْثٌ ثَابِتٌ رواه ابن ماجه ـ Maknanya “Wahai Abu Dzarr, jika engkau pergi lalu belajar satu bab ilmu agama, maka itu lebih baik bagimu daripada melakukan shalat sunnah seribu rakaat” HR Ibnu Majah Hal ini dikarenakan menuntut ilmu agama hukumnya wajib sedangkan melakukan shalat-shalat sunnah sebanyak apapun hukumnya tetaplah sunnah. Tentu perbuatan yang wajib lebih utama daripada perbuatan yang sunnah. Dalam hadits lain, Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَا عُبِدَ اللهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ فِيْ الدِّيْنِ رواه البيهقي في شُعَبِ الْإِيْمَانِ ـ Maknanya “Tidaklah Allah disembah dengan sesuatu yang lebih utama daripada dengan ibadah yang didasarkan pada pemahaman terhadap agama” HR Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman. Dalam hadits yang sangat populer di kalangan para santri, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ رواه البخاري ومسلم ـ Maknanya “Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan yang agung, maka Allah akan berikan kepadanya pemahaman yang mendalam tentang ilmu agama dengan dimudahkan untuk belajar kepada para ulama yang terpercaya” HR al-Bukhari dan Muslim Saudara-saudara seiman, Para ulama mengatakan bahwa menyibukkan diri dengan menuntut ilmu agama lebih utama dari melakukan ibadah-ibadah badaniyah yang sunnah. Hal itu dikarenakan manfaat ilmu meluas dan bermanfaat bagi diri orang yang berilmu dan orang lain. Sedangkan ibadah-ibadah badaniyyah yang sunnah manfaatnya terbatas pada diri sendiri. Keutamaan tersebut juga dikarenakan ilmu dapat menentukan sah atau tidaknya berbagai macam ibadah. Sahnya Ibadah membutuhkan ilmu dan bergantung kepadanya, sedangkan ilmu tidak bergantung kepada ibadah. Seseorang yang beribadah tanpa dasar ilmu akan melakukan bentuk ibadah yang rusak yang akan membuatnya celaka di akhirat. Keutamaan tersebut juga dikarenakan para ulama adalah pewaris para Nabi dan hal ini tidak berlaku bagi ahli ibadah yang bukan ulama. Ilmu juga tetap ada pengaruh dan manfaatnya meski pemiliknya sudah meninggal. Keberadaan ilmu juga menyebabkan hidupnya syariat dan terpeliharanya ajaran-ajaran agama. Ilmu agama adalah hidupnya Islam. Artinya, dengan ilmu agama, seseorang akan mampu menjaga keislamannya dan keislaman orang lain. Dan dengan ilmu agama, ajaran-ajaran Islam akan terjaga kemurniannya dari pihak-pihak yang berupaya untuk menyelewengkannya. Oleh karenanya, disebutkan dalam sebuah hadits وَلَفَقِيْهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ رواه البيهقيّ في شعب الإيمان ـ Maknanya “Satu orang faqih orang yang mendalam pengetahuan agamanya lebih sulit bagi setan untuk menggoda dan menjerumuskannya daripada seribu ahli ibadah” HR al Bayhaqi dalam Syu’ab al-Iman. Hadirin rahimakumullah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. ـ Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto Naskah khutbah Jumat kali ini membawa pesan bahwa pada dasarnya semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah pun tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang yang sudah didapatkannya dari lahir, kecuali mereka mengubah kenikmatan tersebut menjadi keburukan yang disebabkan perilaku manusia itu sendiri. Para pendengar khutbah Jumat diajak untuk senantiasa menyadari bahwa segenap anugerah yang diterima sepenuhnya berasal dari Allah, dan merupakan hak prerogatif Allah. Sebagai salah satu bukti ketergantungan manusia kepada Allah, mereka diharuskan untuk berdoa. Teks khutbah Jumat ini berjudul "Merenungi Hakikat Ikhtiar dan Doa". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ إِنَّ ٱللَهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Pada Jumat kali ini marilah kita menata hati, menata niat, hadir di majelis mulia ini semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengharap ridha dan berkah dari-Nya. Jangan sampai niatan kita hadir di majelis ini untuk sekadar menggugurkan kewajiban kita, apalagi menjadi sebuah keterpaksaan. Tentu jika ada terbersit seperti ini dalam hati kita maka apa yang kita lakukan ini akan sia-sia dan akan terasa berat yang akhirnya tidak mendapatkan kualitas ibadah yang baik. Mari jadikan momentum rangkaian ibadah Jumat setiap pekannya sebagai motivasi untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala sekaligus memperbaiki diri dalam memahami ilmu-ilmu agama melalui materi-materi khutbah Jumat yang disampaikan oleh para khatib. Karena memang sudah menjadi kewajiban kita untuk terus berikhtiar memperbaiki kualitas diri kita ke arah yang lebih baik dengan belajar dan menuntut ilmu mulai dari ayunan sampai liang lahat. Allah pun akan memberi status lebih, bagi orang-orang yang memiliki ilmu sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Mujadilah 11. يَرْفَعِ ٱللهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱلْعِلْمَ دَرَجٰتٍ Maknanya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Terkait dengan kewajiban untuk terus memperbaiki kualitas diri melalui berbagai macam ikhtiar, marilah kita pahami ayat Al-Qur’an dalam Surat Ar-Ra’du 11 لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ Maknanya “Baginya manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Dalam ayat ini terdapat kalimat yang cukup masyhur dan sering digunakan sebagai ayat motivasi untuk merubah nasib, yakni إِنَّ ٱللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ Ayat ini memiliki pengertian bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum atau bangsa dari kenikmatan dan kesejahteraan yang dinikmatinya menjadi binasa dan sengsara, melainkan mereka sendiri yang mengubahnya. Mengenai ayat ini Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pada dasarnya semua orang itu dalam kebaikan dan kenikmatan. Allah pun tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan seseorang yang sudah didapatkannya dari lahir, kecuali mereka mengubah kenikmatan tersebut menjadi keburukan yang disebabkan perilakunya sendiri. Untuk kita sadari, setiap manusia dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci dan tentunya mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kenikmatan dari Allah. Namun perilaku manusia itu sendirilah yang dapat mengubah kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah menjadi keburukan atau musibah. Faktor perubahan sebuah kenikmatan menjadi keburukan ini bisa berasal dari kesalahan manusia itu sendiri maupun akibat pengaruh orang lain. Oleh karenanya ayat ini bisa menjadi memotivasi bagi kita untuk terus berusaha dan berjuang melakukan yang terbaik dan mempertahankan agar anugerah kebaikan dan kenikmatan dari Allah tak berubah menjadi keburukan karena perilaku kita sendiri. Dengan ayat ini pula, kita tidak boleh berpangku tangan dan pasrah terhadap nasib dan kondisi kita selama hidup di dunia. Kita diwajibkan untuk senantiasa melakukan ikhtiar dan setelah itu bertawakkal atau berserah diri dan berdoa pada Allah, karena Ia lah yang memiliki kekuasaan untuk mengabulkannya. Namun Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Jika pun pada suatu saat kita mendapatkan kenikmatan, maka kita tidak boleh berpikir jika itu adalah semata hasil dari usaha dan doa yang kita panjatkan. Rezeki yang diberikan oleh Allah adalah hak prerogatif Allah kepada hambaNya yang Ia kehendaki. Jika kita merasa bahwa sesuatu yang kita dapatkan adalah hasil dari usaha dan doa kita, maka sama saja kita sudah mengatur sang pemberi rezeki yaitu Allah subhanahu wata'ala. Doa hanyalah wasilah dari apa yang kita dapatkan. Jadi jangan bertumpu kepada doa saja ataupun usaha saja. Lalu apa manfaat doa yang selalu kita panjatkan dalam rangka mengiringi usaha yang sudah kita lakukan? Allah SWT berfirman Surat Al Mukmin, ayat 60 ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ Artinya “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya” Doa adalah perintah Allah dan ketika kita patuh kepada-Nya, maka itu akan tercatat sebagai sebuah Ibadah. Ketika kita berdoa dengan niatan ibadah maka tiada lain balasannya kecuali pahala. Perkara hasil dari doa, bisa saja berbeda dengan apa yang diharapkan. Kadang dalam doa, kita mengharap A, ternyata Allah menghendaki dan memberikan B. Jadi ketika kita mendapatkan hal yang berbeda dari doa yang kita panjatkan, maka kita haruslah meyakini bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik bagi kehidupan kita di dunia. Termasuk, jika kita tidak mendapatkan apa pun yang kita harapkan dari usaha dan doa kita, itu juga merupakan yang terbaik dari Allah subhanahu wata'ala. Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Kita sebagai umat yang beriman harus menyadari bahwa ada hal ghaib yang mengiringi kehidupan kita di dunia. Ada faktor yang tak kasat mata menjadi penyebab selamatnya kita dalam kehidupan dunia. Sebagaimana Dalam Al-Qur’an dalam Surat Ar-Ra’du 11 disebutkan لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ Maknanya “Baginya manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.” Berdasarkan tafsir Kementerian Agama RI, ayat ini menjelaskan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti dan menjaga kita dari pelbagai bahaya dan kemudaratan secara bergiliran, baik di depan maupun di belakang kita. Kita juga harus menyadari bahwa ada malaikat yang berada di kanan dan kiri kita bertugas mencatat semua amal perbuatan kita, yang baik ataupun yang buruk, yang dikenal dengan nama Malaikat Raqib dan Atid. Malaikat-malaikat ini ada yang bertugas menjaga manusia di malam hari, dan ada yang menjaga di siang hari. Jadi setiap manusia memiliki empat malaikat pada siang hari dan empat malaikat pada malam hari. Mereka datang secara bergiliran. Hal ini diperkuat dalam hadis yang sahih yang diriwayatkan Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah yang menjelaskan bahwa ada beberapa malaikat yang menjaga kita secara bergiliran di malam hari dan di siang hari. Mereka bertemu untuk mengadakan serah terima pada waktu salat Subuh dan salat Ashar, lalu naiklah malaikat-malaikat yang menjaga di malam hari. Lalu Allah Taala bertanya "Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kamu meninggalkan mereka di dunia?". Malaikat menjawab, "Kami datang kepada mereka ketika shalat dan kami meninggalkan mereka, dan mereka pun sedang shalat." Dengan adanya ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi tentang hal ghaib berupa pengawasan malaikat pada manusia ini, maka tentunya kita harus senantiasa berikhtiar dengan baik dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan yang digariskan oleh Allah Subhanahu wa Taala seperti perbuatan maksiat. Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Jika kita hanya berpikir dengan mengunakan logika dan hal yang tampak oleh mata saja, maka kita akan sulit untuk mengimani dan mempercayai adanya malaikat-malaikat yang menjaga kita ini. Namun sebagai umat Islam, mengimani hal-hal ghaib, termasuk adanya malaikat, merupakan salah satu rukun iman yang harus terus kita perkuat. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah 3 الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ Terjemah “yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”. Sudah seharusnya perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat mengungkapkan bermacam-macam perkara yang tak terlihat oleh mata saat ini, bisa menjadi bukti dan menambah keyakinan kita tentang hal-hal ghaib dan benarnya teori serta ketentuan agama ini. Di zaman modern saat ini, pengawasan malaikat pada diri manusia dapat diyakini kebenarannya setelah ilmu pengetahuan menciptakan alat-alat modern yang dapat mencatat semua kejadian. Sebagai contoh, alat kamera CCTV dan berbagai alat pengukur pemakaian aliran listrik, air, telepon dan sejenisnya sudah bisa dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengetahui berapa jumlah data yang telah dipergunakan dan berapa yang harus dibayar oleh si pemakai. Demikian pula alat-alat yang dipasang di kendaraan bermotor yang dapat mencatat kecepatannya dan mengukur berapa jarak yang telah ditempuh. Realita ini sebenarnya juga bisa mengingatkan dan meyakinkan orang-orang yang dikuasai oleh doktrin kebendaan, sehingga mereka mengakui adanya hal-hal gaib yang tidak dapat dirasakan dan diketahui hanya dengan panca indera. Lalu mengapa Allah SWT menugaskan para Malaikat untuk mengawasi kita padahal Allah maha mengetahui atas segalanya? Mengapa Allah masih menugaskan malaikat untuk mencatatnya? Ketentuan Allah ini mengandung hikmah agar kita lebih tunduk dan berhati-hati dalam bertindak karena kemahatahuan Allah melingkupi kita. Amal kita terekam dengan akurat sehingga kelak tidak ada yang merasa dizalimi dalam pengadilan Allah. Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung Naskah khutbah Jumat juga bisa diakses lebih praktis via fitur Khutbah di NU Online Super App. Instal sekarang Android dan iOS. Nikmati pula beragam fitur lain Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Maulid, Ensiklopedia NU, Ziarah, Video, dan lain-lain. Baca naskah Khutbah Jumat lainnya Khutbah Jumat Bertawassul dengan Sedekah agar Terhindar dari Wabah Khutbah Jumat Pentingnya Mengendalikan Amarah Khutbah Jumat Larangan Bicara Agama Tanpa Dasar Ilmu إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah… Marilah kita memanjatkan segala Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT dengan nikmatnya dan hidayahnya kita dapat berkumpul disini menunaikan sholat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu berpegang teguh dengan sunnah Beliau hingga ajal menjemput kita. Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah… Jika menelaah fenomena yang terjadi sekarang nampak secara terang berbagai kerancuan dalam kehidupan manusia. Seakan manusia telah kehilangan arah dan orientasinya Siapa yang menciptakan?, untuk apa ia diciptakan?, dan kemana ia akan kembali?. Benar yang diakatan seorang filsuf Islam Syed Muhammad Naquib al-Attas, masalah umat sekarang adalah loss of adab atau hilangnya adab manusia, hilang adab kepada Allah, hilang adab terhadap sesamanya dan hilang adab kepada dirinya sendiri. Permasalahan yang terjadi sekarang bisa diurai secara perlahan, jika meresapi kembali pertanyaan diatas maka yang akan terjadi adalah kesadaran manusia yang penuh dalam menginsafi hidupnya sehingga akan memberikan ketenangan jiwa pada dirinya bukan kerancuan yang melanda jiwanya. Pada khutbah Jum’at kali ini khotib akan menjawab satu persatu dari pertanyaan diatas, “siapakah pencipta manusia?” Allah berfirman Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Az-Zumar 62 Jika manusia sadar dan menginsafi kembali siapa yang menciptakannya, maka ia akan mengakui bahwa Allah adalah pemilik semua yang dia punya kemudian dia merasa bahwa Allah hanyalah satu-satunya penolong baginya. Secara lisan mungkin kita mengakui itu semua sebagai hal yang mutlak, tetapi apakah dalam penerapan kehidupan kita semua sudah bersandar bahwa Allah satu-satunya pencipta?, satu-satunya penolong? dan satu-satunya yang pantas di-tauhid-kan?, marilah kita sejenak merenungi ini. Kemudian jika rasa kesadaran ini dibangun kembali dalam benak pikiran dan hati manusia niscaya akan tumbuh kembali dan menguat kembali rasa ke-tauhid-an kepada Allah. Ia sadar dan mengakui dirinya adalah lemah dan tiada sekutu baginya. Dan menanamkan kembali rasa Tauhidullah dalam hati. Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah… Kemudian Khotib melanjutkan pada pertanyaan kedua yaitu “untuk apa manusia diciptakan didunia ini?”. Allah berfirman Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Adz-dzariyat56 Ayat ini adalah jawaban yang sangat telak kepada manusia bahwa tidaklah Allah ciptakan manusia kecuali hanya untuk beribadah, berarti tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam membahas mengenai Ibadah, diartikan sebagai menghamba atau mempersembahkan segala sesuatu hanya kepada Allah, itulah ibadah. Ibadah bukan terbatas di masjid saja, terbatas ibadah ritual saja, tetapi Ibadah adalah totalitas kehidupan dalam segala aspek selama itu mengerjakan yang baik dan diniatkan hanya untuk Allah semata. Bukan berarti Ibadah itu hanya sholat, zakat, puasa haji saja, tetapi segala aspek dalam kehidupan adalah ibadah jika diniatkan kepada Allah. Seorang suami berangkat ke tempat kerja untuk menafkahi keluarganya dibarengi dengan niat tulus karena Allah itu adalah Ibadah. Seorang murid yang berangkat sekolah dan menuntut ilmu itulah Ibadah, seorang pedagang yang berangkat dari rumah menuju pasar untuk menjajakan dagangannya dengan jujur dan niat tulus karena Allah itulah Ibadah; dsb. Maka dari itu jangan sampai kita membatasi diri dalam membahas Ibadah hanya dalam ritual saja tetapi Ibadah adalah seluruh totalitas dalam kehidupan jika menggunakan cara yang baik dan niat karena Allah. Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah… Mengapa Allah menggariskan penciptaan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya?, karena Allah menginginkan manusia selalu menjaga fitrah kesuciannya. Kullu Mauludin Yuladu Alal Fitrah. Setiap yang berasal dari Allah adalah fitrah, jika kita mengingat kembali perjanjian agung kita kepada Allah ketika Allah menanyakan “alastu birobbikum?, kita seraya menjawab “balaa..syahidna”, inilah perjanjian yang boleh disebut “mitsaqon gholizho”. Kita mengakui Allah sebagai Tuhan kita dan kita menjawab seraya dengan tegas “kami setuju dan menjadi saksi”. Disinilah seluruh manusia diberikan fitrah dengan mengakui Allah sebagai pencipta. Kemudian setelah persaksian tersebut manusia dilahirkan ke dalam dunia ini, dan setiap manusia pasti mempunyai salah atau silap dan disinilah fungsi Ibadah agar selalu menjadi “Tazkiyatun Nafs”atau pembersihan jiwa. Apabila manusia selalu membersihkan dirinya, jiwanya dan hatinya maka dalam proses ini akan membentuk hati yang selamat yaitu “Qolbun Salim”. Selanjutnya implikasi dari hati yang selamat ini akan memberikan ketenangan jiwa yaitu “Nafsul Muthmainnah” jiwa yang tenang karena telah terproses dengan ibadah, tazkiyatun nafs, mempunyai qolbun salim kemudian mencapai pada jiwa yang tenang Nafsul Muthmainnah. Yaa Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah… Kemudian melanjutkan pada pertanyaan yang ketiga, “kepada siapa kita akan kembali?”. Apabila manusia sudah merasakan ketenangan jiwa karena tertanam “nafsul muthmainnah”, ingatlah Allah telah menyiapkan panggilan dengan panggilan spesial, panggilan kembali dengan panggilan “Yaa Ayyatuhan nafsul muthmainnah irji’i ila robbiki rodhiyatan mardhiyah fadkhulii fii ibaadii wadkhulii jannatii” Al-Fajr 27-30. 27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga-Ku. Al-Fajr 27-30 Inilah ayat yang menjawab pertanyaan ketiga. Semua manusia akan kembali pada Allah tetapi kita akan kembali dalam keadaan bagaimana?, sedangkan Allah telah memerintahkan kepada jiwa yang tenang untuk memasuki surganya, adakah pilihan kembali lebih baik selain surga?, marilah kita renungkan bersama. Penjelasan di atas jika dikaitkan dengan kalimat “Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun” mempunyai keterikatan yang sangat erat. Singkatnya manusia itu milik Allah dari Allah dan manusia akan kembali seluruhnya kepada Allah. Manusia tercipta karena Allah, manusia hidup di dunia beribadah kepada Allah dan manusia kembali setelah menjalani kehidupan kepada Allah. Dari Allah, milik Allah dan kembali kepada Allah. Inilah konsep dasar manusia yang perlu kita insyafi kembali agar hidup kita sesuai dengan orientasi dari islam yang telah Allah gariskan, supaya manusia terbebas dari kerancuan dunia dan menjalani hidup dengan hati yang selamat dan kembali kepada Allah dengan keadaan jiwa yang tenang. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah Kedua الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ اَمَّا بَعْدُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِـيْمِ الَّذِيْ لَااِلَهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ إِنَّانَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّانَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِنَا وَدُنْيَانَا وَأَهْلِنَا وَمَالِنَا، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا، وآمِنْ رَوْعَاتِنَا، اللَّهُمَّ احْفَظْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْنَا، ومِنْ خَلْفِنَا، وَعَنْ يَمِيْنِنَا، وَعَنْ شِمَالِنَا، وَمِنْ تَحْتِنَا، وَمِنْ فَوْقِنَا، وَ نَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالجُنُوْنِ، وَالْجُذَامِ، وَسَيِّئِ الأَسْقَامِ اللَّهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَصْلِحْ وُلاَةَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ رَبَنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكِ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. Sumber

khutbah jumat tentang hakikat hidup